Tampilkan postingan dengan label konfusianisme. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label konfusianisme. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 Agustus 2021

Mitos Huruf Kesepuluh (Bagian : 1)


Huruf dalam penafsiran dunia yang kita tinggali merupakan akses masuk pada pemahaman berkomunikasi. Huruf merupakan pengetahuan tunggal atas gaya penyampaian yang dipandang memiliki nilai dan aturan berdasarkan tata cara berkomunikasi itu sendiri. Cara mengeja pertama kali didasari karena huruf itu ada dan diajarkan secara turun-temurun. Keseragaman dalam pengucapan, menyebabkan huruf  untuk menciptakan cara yang sama dalam penyampaian metode berkomunikasi.

Keseragaman, adalah apa yang coba huruf sampaikan sampai batas dimana huruf yang lain memberi batas atas pola keseragaman. Dengan maksud meluaskan pandangan, huruf berperan membentuk sebuah bangsa. Dengan “lidah” yang sama, dengan cara huruf membangun pola komunikasi, huruf adalah alat mengirimkan kabar yang paling ampuh, yang paling awal muncul, untuk membuat sebuah rangkaian “cara paham” agar dapat bekerja secara maksimal.

Tulisan yang terbaca, melukiskan pandangan atas apa yang terjadi, dan kemudian pandangan menjadi cara pandang, dan cara pandang mengurai bentuk, dan disepakati secara bersama-sama, dan itu berarti cara pandang resmi berubah menjadi paham atau pemahaman. Dinamika atas cara huruf bekerja, didasari dan dikontrol sepenuhnya oleh ruang lingkup yang bersifat saling mempengaruhi. Jika pengaruh meluas, ajaran mengenai huruf dan tulisan meluas, dan sampai batas ia mampu diterima, huruf telah mempengaruhi cara hidup manusia untuk hidup berkelompok. Menceritakan kisah yang sama, sajak termasyur mendikte ketergantungan atas cara hidup yang mampu diikuti, dan diterima sebagai kesepakatan untuk menjadi satu sistem kelompok.

Batas atas keabsahan kelompok adalah huruf dengan pengucapan yang sama. Jika kemudian pada batas wilayah tertentu, huruf menemui kendala untuk menjadi induk dalam berucap dan berkomunikasi, huruf yang berperan sebagai penanda wilayah, disitu, peran huruf menemui akhir. Ia tak lagi menjadi bagian dari kelompok dan dinamika atas cara kelompok manusia berkomunikasi dan mengirim informasi. Ia adalah bagian terpisah, dan huruf yang lain menggantikannya, untuk membentuk suatu kelompok lain dengan cara berkomunikasi yang sama sekali lain.

Huruf pada dinamika perkembangannya, dipandang sebagai alat legitimasi. Namun, legitimasi itu sendiri adalah bagian dari cara berkomunikasi.

Al-hijr ayat 29: “Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan-Ku), maka tunduklah kamu kepadanya (Adam) dengan bersujud.”

Al-hijr ayat 30: ”Maka bersujudlah para malaikat itu semua bersama-sama.”

Al-hijr ayat 31: “Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.

Huruf merupakan tanda atas kemunculan suatu identitas. Dengan mengatasnamakan kesepakatan, huruf dapat mewakili kepentingan dan membentuk identitas itu sendiri. Namun di sisi lain, dapat memicu konflik atas ketidaksepahaman dan seringkali legitimasi huruf, adalah satu-satunya simbol resmi atas perintah suci untuk menolak segala bentuk pernyataan yang dapat mengganggu legitimasi itu sendiri. Kebajikan adalah kesucian dan huruf yang ditawarkan bernada kebaikan. Orang suci terpandang adalah penyampai huruf dan dianut, dipercaya sebagai perawi tunggal atas titah luhur pemegang legitimasi. Dan sebaliknya, ide tentang tatanan legitimasi yang tidak disepakati dan menentang orang suci terpandang akan melahirkan hujatan bernada miring. Ejekan, cemoohan, dan bahkan pengusiran  adalah sanksi atas pelanggaran legitimasi. Mereka yang melanggar disebut sebagai bejat, penjahat pemberontak, anak setan, iblis, dan bahkan penyihir.

Al-hijr ayat 31: “Kecuali iblis. Ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang sujud itu.

Mitos mengenai penyihir mulai bermunculan pada sekitar abad ke 10, dimana huruf pada waktu itu mewakili citra atas apa yang melekat karena itu diucapkan ibarat mantra rapalan, dan kemudian keajaiban kira-kira terjadi. Penafsiran atas apa yang dipandang belum ada, kemudian membuat takjub dengan membuat keanehan, dan karena wujudnya belum dimengerti, praktek yang dilakukan penyihir lebih bersifat mendekati cara-cara iblis ketimbang dimengerti sebagai cara-cara ilmiah. Praktek tersebut mulai dianggap illegal mulai abad 14, saat eropa memasuki abad kegelapan pada waktu itu, dan mulailah periode memburu, menangkap dan mengeksekusi penyihir karena dianggap sebagai sumber malapetaka. Kejadian tersebut tercatat dalam jurnal sosiologi yang ditulis pada 1980 dan pernah diterbitkan dalam laman JSTOR yang berjudul, “The European Witch Craze of the 14th and 17th Centuries.”

Jenis mantra yang melibatkan huruf yang tidak dikenal dan termasuk cara pengucapannya dipandang menjerumuskan dan cerita tentang kegelapan yang dibawa penyihir menimbulkan prasangka yang pada akhirnya menyudutkan orang-orang yang dianggap membawa mantra tersebut. Dengan dinamika yang menyimpang dari nilai wibawa yang berkembang, penyihir adalah satu-satunya anggapan terhadap penyelewengan atas apa yang orang ucapkan dan rapalkan.

Mitos mengenai huruf kesepuluh muncul pada abad ke 15 tepatnya di Moravia Utara, Republik Cekoslowakia yang dimuat di laman “My Czech Republic” dimana huruf tersebut memiliki wujud yang sampai sekarang dirahasiakan keberadaannya, dan yang mengetahuinya pun adalah orang-orang yang dianggap sebagai bagian dari kelompok sekte Aivaro. Sekte tersebut mengajarkan pola dan cara-cara iblis untuk kemudian mengikuti kitab yang dianut untuk bisa menjadi iblis atau paling tidak mendekati iblis. Dan dengan menjadi iblis, akan didapat kemampuan istimewa yang tidak mungkin dimiliki oleh orang-orang awam. Kemampuan iblis yang dimaksud salah satunya adalah kemampuan terbang tinggi. Karena itulah dalam naskah-naskah kuno sering digambarkan bahwa citra penyihir, adalah berpakaian hitam dengan membawa sapu yang dianggap sebagai alat terbang. Dan karena menunggangi sapu, penyihir dapat terbang tinggi.

Mengapa penyihir mengendarai sapu?

Sejarah penyihir yang mengendarai sapu terbang sebenarnya adalah stereotip yang melekat bersamaan dengan zaman. Tidak jelas kapan sapu pertama kali digunakan tapi cara mengikat bebarapa batang ranting panjang menjadi tongkat, kemudian ditambah dengan alang-alang, dan serat alami lainnya untuk menyapu debu atau api dari perapian betul-betul temuan yang sangat berguna, seperti yang ditulis oleh Brian J. Lowder.  Sapu berasal dari tanaman besom, atau semak yang asal tanaman juga digunakan untuk menamai sapu itu sendiri, yaitu besom.

Sejak awal, sapu atau besom dikaitkan terutama dengan wanita dan tugas rumah tangga yang biasa sehari-hari dikerjakan. Meskipun sapu dan kegiatan rumah tangga erat kaitannya dengan wanita, bukan berarti bahwa penyihir yang mengendarai besom adalah seorang wanita. Justru penyihir pertama yang mengaku mengendarai sapu atau besom adalah seorang pria. Adalah Guillaume Edelin, seorang pendeta dari Saint Germain En Laye Prancis. Dia ditangkap pada tahun 1453 dan diadili karena praktek sihir setelah secara terbuka mengkritik aktivitas peringatan gereja. Dia mengaku bertobat tapi kesalahannya membuatnya dipenjara seumur hidup.

Pada saat pengakuan Edelin, gagasan mengenai penyihir terbang menggunakan sapu atau besom sudah dianggap mapan. 2 tahun sebelumnya, pada tahun 1451 publik diperkenalkan dengan gambaran mengenai  penyihir yang mengendarai sapu. Itu adalah gambaran yang paling awal yang ditemukan terkait cara terbang penyihir. Adalah penyair Prancis, Martin Le Franc yang membuat ilustrasi tentang Le Champion Des Dames (dibaca : pembela wanita). Dalam 2 gambar, seorang wanita terbang melayang di udara dengan menggunakan sapu, yang lain terbang dengan menggunakan tongkat putih polos. Keduanya mengenakan jilbab yang mengidentifikasikan diri sebagai Waldensia. Anggota sekte Kristen yang didirikan pada abad 12 yang dicap sesat oleh gereja katolik. Ajarannya yang dianggap melanggar adalah karena mereka mengizinkan wanita menjadi imam.

Antropolog Robin Skelton mengidentifikasi hubungan antara penyihir dan sapu berakar dari ritual petani yang mempersembahkan tarian dalam upacara kesuburan. upacara tersebut adalah upacara Pagan, dimana para petani pedesaan yang tidak puas akan hasil panennya mengangkat tiang, garpu dan sapu dalam cahaya bulan purnama yang dipercaya dapat mempengaruhi kesuburan tanah dan hasil panen mereka. “Tarian sapu” dalam ritual pagan mungkin disalah artikan sebagai bayangan penyihir mengendarai sapu dimana api dan cahaya bulan menciptakan ilusi tentang bayangan keramaian pada malam mencekam. Pagan kemudian dihubungkan dengan upacara sabbat dimana itu adalah saat-saat dimana para penyihir berkumpul.

Profesor Michael Harner menemukan fakta menarik terkait penggunaan salep halusinogen untuk dapat membuat sapu atau bosom dapat terbang. Sebelum menghadiri pertemuan sabbat, penyihir akan mengurapi diri dengan mengoleskan salep pada bagian dahi dan bagian tubuh lain yang ditumbuhi bulu. Sekaligus melumurkannya ke sapu lalu menaikinya. Menurut pengakuan tukang sihir yang diungkap Harner, mereka meminyaki tubuh pada bagian bawah badan seperti ketiak lalu mengucapkan kata-kata mantra tertentu. Seketika ia (penyihir) tak sadarkan diri dan akan merasakan halusinasi bercumbu dengan setan, dan bersekutu dengan iblis. Salep tersebut memiliki efek tak sadarkan diri atau kerasukan pada penggunanya setelah diiringi dengan ritual upacara. Dari situ para penyihir mengaku telah terbang dengan menggunakan sapu.

Penyihir terbang

Adres Laguna, seorang dokter abad 16 mengungkapkan, bahwa balsam tukang sihir itu terdiri dari rempah-rempah yang dingin, dan menyebabkan kantuk. Diracik dari tanaman cemara, hemlock, terung-terungan, hembvane, dan mandrake.

Ahli farmakologi David Kroll, menulis di “Forbes” bahwa dugaan penyihir di abad pertengahan dianggap meramu minuman meraka dari tanaman seperti Atropa Belladona (nightshade beracun), Hyoscyamus Niger (Hembvane), Mandragora Officinarum (Mandrake), dan Datura Stramonium (Jimsonweed). Jika dicampur, bahan-bahan tersebut akan menghasilkan bahan kimia halusinogen yang dikenal sebagai Alkaloid Tropane (Alcohol 70%). Menurut beberapa catatan sejarah, zat tersebut dapat mempengaruhi pikiran. Dan jika menelannya dalam jumlah yang berlebihan, akan menyebabkan gangguan usus. Akan tetapi, daripada memilih menelannya, para penyihir mengoleskannya pada bagian tubuh tertentu agar kulit dapat menyerapnya. Untuk menciptakan efek yang diinginkan yaitu berhalusinasi dan bersekutu dengan iblis.

Dalam bukunya pembunuhan, sihir dan pengobatan, John Mann mengutip teks abad ke 15 dari Teolog Joseph de Bergamo, “bahwa orang vulgar percaya dan para penyihir mengaku, bahwa pada hari dan malam tertentu mereka akan mengurapi tongkat dan menungganginya ke tempat tertentu.”

Apakah Penyihir itu Ada?

Adalah sesuatu yang sama sekali mengada-ada jika penyihir atau mitos tentang penyihir hanyalah bualan pendongeng yang bercerita pada anak-anak sebelum tidur. Jika dalam banyak tulisan diungkap bahwa aktivitas tukang sihir menimbulkan keresahan dan kekhawatiran, bahwa masyarakat yang tidak menemukan akal jawaban atas peristiwa buruk yang menimpanya, memilih untuk menyalahkan orang atau kelompok masyarakat atau bahkan peristiwa melalui teori klenik. Termasuk disini adalah cara Eropa Abad Pertengahan bereaksi terhadap isu mengenai aktivitas penyihir yang meresahkan. Mereka melakukan perburuan dan pembantaian terhadap penyihir, sehingga menyebabkan mereka terjebak dalam masa kegelapan yang begitu lama. Kebodohan dan kekhawatiran berlebihan di era kegelapan bahkan menyebabkan ilmuwan menjadi penyihir. Pembantaian mereka lantas menjadi huru-hara dan membabi-buta. Bukti kecemasan atas penyihir mengidentifikasi fakta bahwa legenda tentang penyihir betulan hidup.

Pada abad ke 16, Raja James I dari Inggris menyerukan permusuhan dengan apapun yang berbau dan memiliki kaitan dengan dunia sihir. Setelah ia menduduki kursi kerajaan, sang raja merilis sebuah buku laris berjudul “Daemonologie” yang membahas tentang sihir jahat. Obsesi dan ketidaksukaan sang raja pada dunia sihir membuatnya membujuk parlemen untuk membuat “Witchcraft Statute”. Sesuai dengan ketentuan statuta, orang atau kelompok yang secara sengaja terlibat dengan segala hal yang berbau sihir dapat dihukum mati.

"Daemonologie"

Laman sains Smithsonian Magazine mencatat bahwa pada rentang tahun 1600 an terjadi perburuan dan eksekusi secara massif pada penyihir yang ditangkap di Skotlandia. Dan bahwa antara abad 16 sampai abad 17, sedikitnya 3.000 orang telah dituduh melakukan praktik sihir dan ditangkap. Dan bukan hanya penyihir, seorang tabib bernama Janet Boyman pada tahun 1572, dianggap melakukan praktik sihir karena mampu menyembuhkan pasien dengan pengobatan rahasianya, dimana penyakit yang diderita pasien pada jaman itu dianggap tidak dapat disembuhkan dan selalu berujung pada kematian.

Sejak awal abad ke 14, Prancis sudah banyak melakukan praktik eksekusi terhadap penyihir seperti diulas dalam laman Encyclopedia. Pada abad kegelapan tersebut, Prancis memiliki tatanan yang cenderung puritan dan fanatik pada dogma-dogma keagamaan. Sejak era tahun 1300 an, kisah-kisah perburuan dan eksekusi penyihir di Prancis secara umum tercatat dengan baik dan masih bisa ditelusuri hingga kini. Alasan klasik yang mendasari hukuman mati para penyihir adalah kebencian, kefanatikan terhadap ideologi, ketidakpahaman akan sains, hingga rumor yang penuh dengan mitos. Semua menjadi dasar hukum untuk membunuh dukun dan penyihir.

Dalam Jurnal “A Sociologist’s Perspective” mengungkap bahwa sejak awal abad ke 14 hingga sampai tahun 1650 an, sudah ada sekitar 200 ribu sampai 500 ribu orang yang dieksekusi di eropa karena dianggap sebagai penyihir. Sekitar 85 persen dari total korban yang dieksekusi adalah wanita.

Pada era tersebut, Eropa memang tengah berada pada zaman kegelapan dan kemiskinan. Periode yang cukup menyiksa tersebut berpengaruh kuat pada psikologis banyak orang yang membutuhkan pelampiasan kemarahan. Tidak ada banyak orang yang memahami sesuatu berdasarkan sains dan logika, keterbatasan pemahaman inilah yang juga dikaitkan sebagai penyebab utama mengapa orang-orang Eropa dijaman tersebut tampak brutal dan barbar terhadap mereka yang dianggap tukang sihir.

Jejak Penyihir yang Dirayakan

Bukti lama tentang keberadaan penyihir diberitakan secara menyakitkan dan stereotip tentang penyihir tampaknya selalu menyudutkan. Namun kebalikan dengan Abad pertengahan, apa yang orang atau masyarakat coba peringati hari ini tidak mencoba untuk menghapus apalagi menyudutkan. Tetapi membuat cerita kuno tentang penyihir seolah-olah memang hidup dan keberadaannya diakui.

Contohnya adalah setiap tanggal 31 Oktober, orang-orang barat merayakan Halloween yang diidentikkan dengan setan, penyihir, dan sifat mengikuti lainnya yang notabene biasa dilakukan oleh sekelompok dukun, gipsy, tukang sihir dan lain-lain. Sampai sekarang saat Halloween datang, orang-orang yang merayakannya berdandan menyeramkan dengan riasan dan kostum penyihir atau setan. Tradisi yang mengikuti dan umum dilakukan saat perayaan Halloween seperti dikutip Mentalfloss, tiga diantaranya adalah : meramal masa depan, memamerkan kucing hitam, dan melihat hantu.

Meramal masa depan adalah jenis permainan yang berasal dari peradaban romawi kuno, dimana pada saat-saat panen, diadakan festival Pamona yang melibatkan kepercayaan klenik yaitu meramal. Festival pamona adalah wujud penghormatan atas Pamona, dewi pertanian and kelimpahan. Pada festival tersebut, berdasarkan permainan pasangan muda-mudi bertanya pada seorang peramal atau gypsi ahli untuk membuat ramalan atas masa depan hubungan mereka.

Memamerkan kucing hitam adalah salah satu tradisi hallowen yang berakar dari kepercayaan kuno. Hubungan antara kucing hitam dan kengerian sebenarnya berasal dari Abad Pertengahan, ketika hewan tersebut dikatakan sebagai simbol penjelmaan iblis dan peliharaan penyihir. Kucing hitam dipercaya sebagai bentuk jadi-jadian atas roh penasaran yang mencoba menggoda dan mengganggu manusia. Sampai saat ini, orang-orang masih percaya bahwa kucing hitam selalu berkaitan dengan hal-hal yang gaib.

Melihat Hantu saat hallowen berakar dari kebudayaan bangsa Celtic yang menggelar Festival Samhain. Selama festival yang menandai transisi ke tahun baru pada akhir panen dan awal musim dingin, ada kepercayaan bahwa arwah keluarga yang meninggal akan berjalan-jalan di muka bumi. Kemudian pada setiap 2 November mereka melakukan “All Souls Day” yang dibimbing oleh Shamant (dukun) atau orang yang mempunyai kesaktian, untuk melakukan upacara pemanggilan roh untuk dimasukkan ke tubuh keluarga yang masih hidup (sukarelawan). Upacara tersebut di Indonesia mirip dengan kesurupan atau membuat orang surupan.

Selain Halloween, ada juga perayaan “Witches Night” di Republik Ceko. Perayaan tradisional yang sangat populer ini diadakan setiap 30 April dan memiliki kemiripan dengan Walpurgis Night di Negara-negara Skandinavia dan Eropa utara. Acara Witches Night ditandai dengan penyalaan api unggun oleh penduduk negeri. Pada malam tersebut orang ceko akan berkumpul, bermain game, minum bir, memanggang burty sosis, dan sebelum api unggun dinyalakan, mereka terlebih dulu membuat tiang dan patung penyihir, sebelum akhirnya nyala api dihidupkan dan membakar tiang beserta boneka penyihir. Perayaan yang paling besar diadakan di taman Ladronka, alun-alun kota Praha. Mengutip laman “Ancient Origins,” perayaan witches night berasal dari jaman kuno dimana diyakini pada tanggal 30 April, para penyihir berkumpul dan membuat semacam ritual di puncak gunung.

Boneka penyihir yang dibakar (Perayaan Witches Night)

Pada perayaan tersebut, patung boneka yang diberi pakaian tua lengkap dengan sapu diletakkan ditengah tumpukan kayu, dan orang-orang berkumpul untuk menyaksikan patung tersebut dibakar. Mereka yakin bahwa perayaan tersebut akan mengusir roh-roh jahat dan mendatangkan keberuntungan untuk tahun-tahun berikutnya. Ketika sebuah patung muncul dalam semburan api, orang-orang yang menonton disekelilingnya bersorak dan ketika itu juga menandakan bahwa seorang penyihir baru saja “naik dalam asap,” seperti dikutip Atlas Obscura.

Witches Night sekarang lebih tentang bersenang-senang, minum bir dan makan-makanan enak ketimbang kembali menilik asal perayaan dibuat, yaitu ketakutan akan roh jahat dan ilmu hitam.

Mereka yang dikatakan Penyihir terbang

Kemampuan terbang betul-betul mengada-ada karena manusia terikat dengan gravitasi. dan selama gravitasi mempengaruhi cara gerak, manusia tidak akan mungkin memiliki kemampuan untuk terbang. Gravitasi berperan dalam menciptakan teori bahwa kesinambungan cara hidup adalah menyentuh landasan tanah, dan bukan menganggap bahwa tanah adalah tumpuan tolak lompatan untuk melayang tak tentu arah diatas langit atau semesta. Namun, banyak berbagai aliran kepercayaan sejak jaman kuno mencoba membuktikan bahwa landasan untuk diikuti dan dipuja banyak orang adalah dengan menjadi berbeda. Dan berbeda terletak pada model ketahanan fisik, awet muda, bisa menghilang, dan bahkan terbang. Cara yang tidak lazim pun dikembangkan seperti tidak makan ber-bulan-bulan, memaksa tubuh sampai dengan cara yang menyakitkan hanya agar dapat menjadi kebal, elastis, dan bahkan yang lebih ekstrim adalah melompat dari tebing, hanya untuk mendapatkan ilmu terbang seperti burung.

Konfusianisme mengajarkan bahwa dengan melebihi manusia, mereka akan dapat memerintah manusia. Untuk menciptakan gambaran ideal mengenai jalan perdamaian, mereka harus mencapai puncak manusia untuk dapat menghentikan peperangan. Lalu, para penganutnya menepi di puncak gunung untuk berlatih ilmu kekebalan, menghilang, bergerak melebihi kecepatan dan bahkan terbang. Bersatu dengan roh adalah perwujudan tentang jalan menggapai puncak menuju Ilahi. Dan dengan menyelidiki dan mempraktekkan ilmu tersebut yang tidak dimiliki manusia normal, dan dengan membuktikan kebenarannya, maka cara-cara Ilahi akan dapat diajarkan. Ajaran konfusianisme kuno menganggap bahwa dengan memiliki kesaktian, seseorang akan menggapai puncak. Dimana ia akan dapat memerintah manusia dengan kesaktiannya, dan menyerukan orang untuk keluar dari jalan perang, dan menuju jalan perdamaian.

Yang menarik adalah para penganut konfusianisme menepi di puncak gunung untuk mempelajari kesaktian yang tidak dimiliki manusia normal. Sama halnya dengan mitos penyihir Eropa yang berkumpul digunung untuk memperingati pertemuan sabbat. Mereka pergi ke gunung untuk mencapai maksud yang berbeda, namun cerita mengenai penyihir dan kesaktian yang dipelajari oleh penganut konfusianisme selalu melibatkan gunung sebagai tempat pijakan untuk memulai cerita mistis mengenai terbang dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan mempelajari kesaktian.

Namun konfusianisme dan cerita penyihir Eropa adalah gambaran dua dunia terpisah dengan adat, bahasa dan orang-orangnya dibentuk melalui prinsip cerita yang berbeda. Jika kemudian 2 dunia tersebut bertemu melalui jalur perdagangan, pengaruh, asimilasi dan cerita tersebut menyebar, kemudian mengalami penyetiran yang luar biasa “disesuaikan dengan kearifan lokal”, mungkin 2 cerita tersebut pada dasarnya adalah 1 cerita. Namun dugaan tidak akan mengurai fakta, dan hal tersebut masih bersifat asumsi.

Dunia islam tidak menolak anggapan sakti dan orang yang memiliki kemampuan tersebut dinamakan “Aulia.” Para Aulia diceritakan memiliki kemampuan yang tidak dimiliki manusia normal dan digambarkan sebagai perapal terampuh dengan doa yang sama sekali tidak diketahui kebanyakan orang. Wali songo adalah salah satu cerita para aulia yang paling terkenal dan sampai sekarang dihormati sebagai penyebar ajaran agama islam di jawa. Mereka mendapat gelar sunan dan dikenal sebagai “Saint of Sangha.”

Cerita kesaktian para “saint of sangha” yang menyebar diantaranya adalah mampu mengubah batu menjadi emas yang dilakukan oleh Sunan Bonang, mampu membuat tebing berbatu memancarkan air yang dilakukan oleh Sunan Gunung Jati, dan lain-lain.

Wali songo adalah representasi ideal versi konfusianisme yang mencoba memerintah manusia dan membuat mereka tunduk melalui kesaktian. Termasuk konfusianisme sendiri yang percaya bahwa harapan atas peperangan yang tiada akhir adalah kesaktian yang melebihi kemampuan manusia yang mampu meredam perang dan membuat perdamaian. Cerita wali songo yang berhasil menyebarkan agama islam di pulau Jawa dimana sebelumnya ajaran agama hindu begitu dominan, yang memerintah dan mempengaruhi pemerintahan dengan berdasarkan prinsip islam, adalah cermin bagaimana konfusianisme mencoba mengkonstruksi gagasan. Wali songo adalah praktik atas gagasan, sedang konfusianisme adalah teori dan gagasan.

Konfusianisme ditempat asalnya Tiongkok adalah ajaran yang menyebar luas dan sebagai gagasan, dianut dan dipraktekkan. Dan meskipun gagasan konfusianisme kemudian dianggap menuai hasil di pulau jawa, apakah itu berarti bahwa wali songo yang sukses menyebarkan ajaran agama islam dipulau jawa menganut ajaran konfusianisme?

Titik tumpuan awal dari konstruksi cerita wali songo, penganut konfusianisme, dan penghargaan terhadap kesaktian manusia, termasuk cerita penyihir di eropa berangkat dari kesaksian, dan dimana asal cerita mendominasi kebajikan yang berbeda. Ajaran yang paling dianggap bijaksana adalah kebenaran mutlak dan kebenaran mutlak yang coba dikonstruksi berakar dari sebab-musabab yang berbeda. Cerita orang sakti lebih menuai penghargaan di dunia dimana ajaran konfusianisme dibangun, dan di tempat wali songo menyebarkan ajaran agama islam, ketimbang kronologi peristiwa negatif, yang menuai konstruksi cerita negatif mengenai orang sakti yang berkembang di Eropa.

Para aulia, penyihir, dan penganut ajaran konfusianisme berangkat dari dunia yang berbeda dan jejak rekam yang menyebabkan hasil penilaian yang berbeda. Meskipun cara kerja seperti “sifat rapalan yang dikenalkan dari cerita mulut ke mulut” dan prakteknya memiliki kemiripan, mereka dianggap sakti tapi memiliki nilai keagungan yang berbeda. Karena ya itu tadi, berangkat dari titik tumpuan yang berbeda.

Namun cerita para orang sakti dengan kemampuan beragam memiliki persamaan dalam dunia yang dirundung malang. Kecenderungan bahwa perjuangan dan perang adalah simbol yang melekat dimana mereka mencoba membangun dan membuat suatu bentuk pemerintahan yang terlepas dari penindasan, kemiskinan dan kekeringan. Dimana hal tersebut memaksa pemerintahan yang memegang kekuasaan menindas, dan rakyat yang hilang akal kemudian mencari penenang atas keserakahan penguasa dengan bergabung dengan kelompok penentang yang memuja dan percaya orang sakti, yang membuat rakyat percaya bahwa orang sakti tersebut mampu menyingkirkan malapetaka dan pemimpin mereka.

Indonesia pernah memiliki cara pandang konfusianisme seperti yang diceritakan diatas. Pembaca tentu masih ingat dengan kerusuhan 1998, dimana demonstrasi besar-besaran terjadi dimana-mana untuk menyingkirkan Suharto dari kursi kekuasan permanen. Adalah “ratu adil” yang dipercaya mampu meredam gejolak tak menentu atas kerusuhan suatu negeri yaitu Indonesia. Ratu adil adalah sosok yang dipercaya mampu memimpin bangsa Indonesia kala itu keluar dari krisis dan dicari oleh siapapun di setiap pelosok penjuru negeri.

Eropa dan Tiongkok memiliki sejarah cerita yang sejenis dimana ketidakpuasan menguasai negeri dan berujung pada kekecewaan. Pemerintah yang berkuasa ada yang mampu bertahan dan ada yang tidak mampu dan digantikan oleh penguasa sakti yang dianggap harapan masyarakat. Sehingga setiran mengenai kemampuan istimewa atas orang, pemimpin kelompok atau kelompok itu sendiri menjadi berbeda. Ada yang positif dan digambarkan begitu agung, dan ada yang dicemooh dan dipandang sebagai patologi, tergantung dari kesuksesan masing-masing siapa orang atau kelompok yang memegang kekuasaan.

Huruf adalah legitimasi dan tulisan yang berdasarkan huruf, membentuk watak dan kewibawaan dari masing-masing dongeng cerita orang sakti di masing-masing wilayah.

Stigma atas kemampuan orang sakti adalah melebihi kemampuan orang awam, dan terbang adalah salah satunya. Namun cara pandang jaman sekarang cenderung tidak menggubris karena asal cerita tentang manusia terbang, tidak menjangkau mata pada saat ini.

Teori Gravitasi

Sejak lahirnya teori gravitasi, dan diajarkan bahwa dataran adalah tempat yang paling relevan yang bisa dipijak, konsep tentang terbang tinggi adalah sesuatu yang sama sekali tidak bijaksana. Mengakomodir fakta tentang apa yang kebanyakan orang pahami, berjalan dimuka bumi dan membiarkan kaki menginjak tanah adalah kenyataan yang sama sekali tidak dibantah. Lumrah dan akal mengatakan bahwa itulah yang sesuai kemampuan.

Adalah Isaac Newton, ilmuwan Inggris yang menemukan hukum gravitasi pada tahun 1665. Menurutnya, semua benda di bumi akan jatuh ke bawah karena adanya gaya gravitasi. Ide tersebut mengumpamakan bahwa setiap benda yang dilempar ke udara, akan jatuh kembali ke tanah. Ketinggian yang membuat suatu benda menjadi terbang, hanyalah daya tolak lompatan yang bekerja sementara. Karena pada dasarnya, setiap benda yang berada di bumi, terikat oleh gaya gravitasi.

Yang menarik adalah Newton sebenarnya sedang menepi di rumahnya di Woolsthorpe Manor pada saat menemukan gagasan mengenai hukum gravitasi, karena di London tempat ia belajar di Universitas Cambridge sedang dilanda wabah “Black Death” atau wabah besar London. Yang menyebabkan korban meninggal hingga ribuan orang. Penyebab wabah besar London adalah Yersinia Pestis, atau bakteri kutu yang dibawa oleh tikus.

Berawal dari ketidaksengajaan karena duduk dibawah pohon apel, tiba-tiba sebuah apel jatuh di atas kepalanya. Ia - Newton -  mulai berfikir “Mengapa apel itu jatuh ke bawah setelah meninggalkan pohonnya? Mengapa ia - apel - tidak naik ke atas? Dari sana, Newton mencetuskan gagasan mengenai hukum gravitasi. Hingga tahun 1684, Newton berhasil membuktikan dan mempertahankan teorinya tanpa keraguan melalui tiga prinsip dasar hukum pergerakan.

Isaac Newton yang merenung,
"Mengapa buah apel jatuh ke bawah"

Gagasan mengenai gravitasi sebenarnya sudah pernah diungkap oleh pendahulunya Nicholas Coppernicus, yang menemukan teori tentang tata surya. Teorinya mengatakan bahwa matahari adalah pusat tata surya. Namun temuan Isaac Newton mengenai hukum gravitasi lebih diterima dan dihargai pada saat itu ketimbang Nicholas Coppernicus. Karena apa yang diungkap oleh Coppernicus, dianggap melakukan kritik terhadap gereja dan melanggar dogma agama. Apa yang ditemukan Isaac Newton menyebabkan dirinya mendapat gelar kehormatan "Sir" dari Ratu Anne pada tahun 1705, sedangkan Nicholas Coppernicus tidak begitu beruntung sebab gagasan dan temuannya menyebabkan dirinya dibunuh.

Temuan teori gravitasi Isaac Newton terjadi menjelang akhir abad 16 (Renaissance), atau abad peralihan dari zaman pertengahan ke zaman modern, yang dimulai pada abad 17. Pada saat itu, hukum gravitasi sekaligus juga mengeliminasi asumsi tentang keberadaan penyihir terbang.

Apakah Penyihir terbang betulan?

Fakta mengenai manusia terbang adalah kenyataan, akan terus dibantah kebenarannya, karena dianggap melalaikan dinamika ilmu pengetahuan. Namun, di dalam dalil dunia dimana kemampuan orang dapat terbang dianggap mapan, kisah tentang orang terbang ternyata berkaitan dengan posisi kelompok atau penganut suatu ajaran yang justru diterima dan dicerna sebagai suatu bentuk idealisme yang wajar oleh masyarakat yang memandangnya. Terbang adalah sesuatu yang wajar, dan orang yang dapat melakukannya berada pada suatu bentuk penyebutan posisi yang tidak diributkan. bahkan dapat terbang, adalah tinggi nilainya dan merupakan sesuatu yang dipuja dan diagungkan.

Saint Appollonius dari Tyana pernah pergi ke India. Di sana dia melaporkan pernah melihat para Brahmins (pendeta hindu) “mengambang hampir satu meter di atas tanah.” Sebagian besar para ahli sejarah yang menyelidikinya mengatakan bahwa cerita Saint Appollonius adalah murni sebuah fantasi. Tetapi Ernest Wood, seorang penulis Inggris yang khusus menyelidiki filosofi ketimuran, melaporkan hal yang sama saat ia pergi ke India yang dilakukan pada penghujung abad 20. Dia mengatakan, “Saya ingat pada suatu kesempatan ketika seorang Brahmins yang berusia lanjut sedang melayang diudara dalam postur tubuh terlentang 1,8 meter diudara terbuka, sekitar setengah jam. Sementara para pendatang dipersilahkan untuk melewatkan gagang pada jarak antara tanah dan Brahmins tersebut. Ernest Wood juga menambahkan bahwa, “Mengambang atau menaikkan tubuh di atas tanah dan melayang beberapa kaki di udara diatas tempat duduk atau sofa…adalah suatu fakta yang secara universal sudah diterima di India.”

Apa yang para Brahmins lakukan di India ternyata adalah mempertontonkan teknik levitasi (levitation). Levitasi adalah kemampuan manusia untuk dapat melayang di udara melawan hukum gravitasi, atau membuat dirinya melayang di udara melalui teknik yang disebut yoga terbang (flying Yogic). Levitasi mirip dengan telekinesis yang bekerja berdasarkan kekuatan pikiran (mind power). Semedi dilakukan dimana Brahmins mencoba bermeditasi, menyelaraskan pikiran dengan alam, kemudian mencoba memanfaatkan cara kerja alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari dirinya. Pemahaman seperti, burung adalah bagian dari alam dan menjadi burung berarti bersatu dengan alam, adalah salah satu apa yang coba levitasi gagas. Namun cara tersebut sepertinya tidak bisa dikuasai oleh sembarang orang.

levitasi

Faktanya, telekinesis yang dianggap sebagai gerbang untuk menguasai levitasi adalah cabang ilmu yang sama sekali belum tersentuh oleh logika orang awam, dan cara-cara untuk dapat menguasainya pun cenderung klenik. Ritual, puasa dan lain sebagainya. Jika telekinesis tidak berhasil dikuasai dan kemampuan tersebut hanya bisa dikuasai oleh orang dengan bawaan yang istimewa, berarti levitasi pun adalah jenis yang tidak mungkin dijamah oleh logika sembarang orang. Dan hanya orang dengan kemampuan khusus yang dapat menguasainya. Komunitas peneliti percaya bahwa levitasi belum mungkin dapat dilakukan. Meskipun teks Verdic “Yoga Sutras of Maharishi Pantanjali,” menceritakan tentang kisah pertapa terbang, seperti yang ditunjukkan para Brahmins, tapi kemampuan tersebut tidak mungkin untuk dipelajari semua orang dan meskipun mempelajari, belum tentu orang yang mempelajari tersebut dapat melakukannya (terbang).

Teori mengenai kesadaran yang diubah (Altered States of Conciousness) mungkin adalah pendekatan yang paling mungkin dilakukan dalam mencari kebenaran tentang levitasi. Teori ini telah digunakan untuk meneliti kasus sejarah Saint Joseph Copertino (1603-1663). St. Joseph dikatakan memiliki hubungan spiritual dengan yang Ilahi sehingga “keadannya yang berubah” memungkinkan dia untuk terbang. Menurut The Epoc Times, Dr. Michael Grosso membenarkan kasus St. Joseph. Dalam bukunya yang berjudul “The Man Who Could Fly : St. Josept of Copertino and the Mystery of Levitation,” Dr. Grosso membahas tentang banyaknya saksi mata yang melihat sang imam terbang. Orang suci itu sering melayang sedikit di atas tanah sementara di waktu lain, Ia melayang di atas kerumunan orang di seluruh Italia selama lebih dari 35 tahun. Kemampuan St. Joseph membuat repot pihak gereja dan mereka mencoba untuk membuat kebijakan pergantian posisi imam, dengan memindahkan imam ke gereja lain. Dengan maksud agar tidak menimbulkan kehebohan. St.Joseph ditegur, namun tampaknya ia tidak mampu mengendalikan kemampuan terbangnya.

Klaim paranormal tentang levitasi sebenarnya lebih bersifat spontan, daripada sesuatu yang direncanakan dan dipelajari. Melihat ulang kasus tentang manusia terbang, penjelasan yang mungkin dapat dicapai adalah spontanitas. Beberapa penyebab termasuk diantaranya adalah kerasukan roh, seperti yang terlihat dalam aktivitas Poltergeist.

Levitasi dalam Shamanisme (perdukunan), dilaporkan tidak jauh berbeda dengan kasus manusia terbang yang melibatkan aktivitis spiritual. Dukun dikatakan terbang selama upacara pengobatan atau penyembuhan melalui pemanggilan arwah Tungus. Dalam “Shamanism : Archaic Techniques of Ecstacy,” Mircea Eliade menulis “Shaman menjadi ringan…dan melompat ke udara.”

Dalam laporan The Christian Post yang menampilkan kolom profil dari Dr. Richard Gallagher, membahas tentang seorang wanita berusia 39 tahun bernama Julia yang melayang selama Eksorsisme (pemanggilan arwah). Julia melayang 6 inchi di udara di atas tempat tidur selama hampir 30 menit.

Sejauh ini, belum ada orang yang memfilmkan kasus orang kesurupan yang benar-benar bisa melayang. Namun dalam pertunjukan sulap, yang diidentikkan dengan kemampuan yang tidak biasa, televisi merekam beragam aksi mencengangkan pertunjukan sulap yang dilakukan oleh orang dengan kemampuan yang tidak biasa.

Manusia Terbang di Televisi

Sejak kemunculannya pada tahun 1990an, David Copperfield dianggap melanggar dinamika cara gerak. Cara awam yang mengikuti pengertian hukum gravitasi dibantah karena Copperfield mampu terbang bebas tanpa alat apapun. Dalam dunia yang sudah mengelompokkan nilai sensasi hiburan dan rasa penasaran, Copperfield beruntung dianggap istimewa dan menghadirkan sesuatu yang berbeda. Ia adalah salah satu orang yang mampu melawan hukum gravitasi melalui pertunjukan sulapnya.

Sejak sensasi cerita David Copperfield menyebar dan ditonton masyarakat luas, cerita kuno mengenai penyihir terbang dengan menggunakan sapu pun seolah-olah dibenarkan dan menjadi ulasan banyak media dan buku. Terutama buku, cerita mengenai David Copperfield yang terlibat sekte tertutup yang membentuk ia menjadi manusia berbeda dipublikasikan dengan cara yang sedemikian misterius.

Dalam sebuah buku karangan Muhammad Isa Dawud, mengungkap bahwa David Copperfield ternyata dapat terbang lantaran bantuan jin. Berdasarkan karangan buku yang berhasil membuat heboh dan menjadi best seller di tahun 90an tersebut, tentang “Dialog dengan Jin Muslim,” dimana jin yang berdialog dengan Muhammad Isa Dawud menceritakan tentang dunia jin, serta perjanjian yang dibuat David Copperfield dengan setan. Perjanjian tersebut dalam bahasa Ibrani dimana dikatakan bahwa, “tidaklah jelas kau lihat para setan menggotong David, sehingga dia seolah melayang di angkasa, yang tak lain dan tidak bukan, dia dibantu oleh para setan.”

"Dialog dengan Jin Muslim"
Buku karangan Muhammad Isa Dawud

Muhammad Isa Dawud menangkap cara yang tidak biasa dari kepiawaian seseorang terutama terkait dengan sihir. Dan sejak dulu, dunia shamanist, yang berkaitan erat dengan pemanggilan arwah dan kerasukan roh telah menuliskan banyak hal terkait tentang bagaimana cara bersatu dengan iblis dan kemudian memperoleh kemampuan diluar nalar. David Copperfield adalah contoh kasus manusia terbang yang mendapat perhatian publik, dan ditonton oleh berjuta-juta manusia. Sehingga menarik minat banyak orang untuk mengulasnya, untuk paling tidak dapat mengurangi rasa penasaran, tentang bagaimana dan darimana David Copperfield memperoleh kemampuan yang luar biasa tersebut.

David Copperfield bukanlah satu-satunya pesulap yang mampu terbang ke angkasa melawan hukum gravitasi. Masih ada nama Crist Angel, dimana dalam suatu acara pertunjukan, ia mencoba turun meloncat dari tebing Grand Canyon tanpa menggunakan bantuan alat apapun. Namun Crist Angel dapat melakukannya seolah-olah ia terbang turun dengan menggunakan parasut. Sangat pelan seolah-olah seperti bobot ringan yang sedang melayang diudara.

Di Indonesia sendiri, ada nama Rizuki yang memiliki kemampuan serupa dimana pada suatu acara yang disiarkan televisi, pesulap wanita yang sekarang berjilbab tersebut mendemonstrasikan kemampuan terbangnya. Duduk bersila sedang tangan bergerak seperti menarikan sebuah tarian, Rizuki perlahan-lahan terbang naik hingga ketinggian 2 meter.

Para pesulap tersebut, meninggalkan sebuah pertanyaan dan kadang, jawaban atas pertanyaan tersebut merujuk pada apa yang orang sebut sebagai Levitasi. Meskipun levitasi sendiri berbeda bentuk, namun paham mengenai ritual mistis kuno yang berkaitan erat dengan pemanggilan arwah atau setan yang biasa disebut shamanism, adalah pembuktian yang paling relevan untuk menilai bentuk kemapanan dari sesuatu yang belum bisa diterjemahkan secara ilmiah. Dunia tidak akan menunjuk rumus matematika, kimia atau fisika untuk mencoba membuktikan kenapa para pesulap yang terlibat pada acara sulap di televisi dapat terbang, yang nyata-nyata melanggar rumus yang kebanyakan orang ketahui.

Seperti apa yang Muhammad Isa Dawud tulis dalam bukunya, jika memang benar pesulap seperti David Copperfield, dan lain-lain memperoleh kemampuan terbangnya karena membuat perjanjian dengan iblis atau jin, disini, satu-satunya rujukan mengenai bagaimana cara membuktikan kebenaran tentang manusia terbang dan hal lain yang diluar nalar adalah dengan membuktikan kebenaran keberadaan setan, iblis, atau jin yang dikatakan sebagai pemicu orang untuk dapat terbang. Cara kaum shaman, yang membangkitkan dan memanggil arwah dan kemudian bersatu dengan tubuh lebih menjadi rujukan daripada rumus kimia, fisika, ataupun matematika.

Lantas, kemudian orang akan cenderung menghubungi paranormal, atau pemanggil hantu untuk dapat pertama-tama berkomunikasi dengan sumbernya, yaitu jin, atau iblis, sebelum mendapatkan kemampuan terbang. Banyak telaah metafisika yang menganjurkan bahwa keterlibatan dimensi lain dari dunia jin dan iblis, layak untuk dicoba. Dan karena itu menjadi sesuatu yang satu-satunya orang awam ketahui, maka ritual seperti pemanggilan arwah atau eksorsisme pun dilakukan.

Selain eksorsisme, cara lain adalah dengan bermeditasi atau menyepi di hutan atau gunung pada malam hari, untuk menemui makhluk metafisis yang berwujud hantu atau jin. Hutan dan gunung adalah lingkungan yang tepat karena sepi, belum banyak yang menjamah atau jauh dari keramaian. Cara ini tergolong ekstrim karena membutuhkan keberanian. Orang yang takut biasanya akan lari setelah melihat hantu atau jin sebelum mampu berkomunikasi dengan makhluk metafisis tersebut.

Adalah “Helm Ijo”, yang hari ini mencoba secara lugu melakukan penelusuran pedagogi untuk membuktikan bagaimana kecerdasan metafisis bekerja. Untuk membuktikan cara-cara shamant, dan untuk membuktikan bagaimana mitos mengenai kemampuan diluar nalar hanya ada dalam pencerahan versi paranormal. Bukan dimensi yang bisa diukur melalui ilmu pengetahuan. Beruntung, bahwa helm ijo bukanlah pesulap, tetapi ia adalah seorang pemburu hantu (ghost hunter). Jadi ia, adalah rujukan awal penelusuran yang tepat untuk membuktikan bahwa komunikasi antara dunia jin atau setan dan dunia manusia dapat diwujudkan.

Pembaca dapat melihat bagaimana aksi lugu helm ijo memburu hantu dan fakta mengenai hal kuno yang sering diceritakan seperti sihir, telekinesis, menghilang, nyata terlihat dan terjadi di channel dunia misteri dan dunia nyata yang rutin tayang di Youtube. Helm ijo mencoba mengungkap bagaimana mitos tentang penyihir dan ilmu sihir sebenarnya adalah bentuk komunikasi metafisis yang ia dapat dan telusuri di hutan gunung. Meskipun belum mengungkap fakta mengenai terbang, namun dalam sebuah episode helm ijo sudah membuktikan kemampuan menghilang. Yang menurut pengakuannya, ternyata ia sedang diculik oleh jin hitam untuk diajak kedunia jin, sebelum ia pulang beberapa hari kemudian. Meskipun menumbulkan kepanikan, tapi helm ijo baik-baik saja dan pulang dalam keadaan tidak kurang suatu apa setelah beberapa hari diculik oleh jin. Cara helm ijo diculik oleh jin, sangat luar biasa mengejutkan. Caranya mirip dengan dongeng penyihir yang mengeluarkan asap sebelum menghilang, namun saat helm ijo menghilang tiba-tiba, itulah yang terjadi. Berikut adalah link penelusuran helm ijo yang dilakukan di sebuah lokasi di hutan gunung. (link : https://www.youtube.com/watch?v=jhcKue2Kcd4)

Dalam episode lain, helm ijo juga berhasil menjelaskan bagaimana praktek telekinesis bekerja. Dimana dengan hanya melihat, kopi dalam teko berhasil dituang ke dalam gelas. Menurut pengakuan helm ijo, praktek telekinesis tersebut terjadi karena ia didatangi oleh makhluk metafisis yang tidak tertangkap kamera, sehingga kamera tidak melihat saat makhluk tersebut menuang kopi dari teko ke gelas. Yang terlihat adalah teko bergerak sendiri. (link : https://www.youtube.com/watch?v=6FqOBUsyqC4)

Cara Helm Ijo cenderung lugu dan seolah-olah, tidak mengarah pada tujuan apapun selain hiburan. Namun dunia yang masih mencari penjelasan tentang sihir dan sesuatu yang belum mampu dijelaskan dengan rumus kimia, fisika, matematika, dan pengetahuan ilmiah lain, akan melihat bahwa apa yang helm ijo praktekkan adalah bisa jadi satu-satunya rujukan. Kebanyakan orang akan tertawa jika helm ijo adalah referensi. Namun, dunia metafisis butuh helm ijo, sebagai studi awal untuk memperoleh kesaktian yang mirip sihir seperti menghilang, telekinesis atau menggerakkan benda dan terutama membuktikan apakah manusia, betulan dapat terbang atau tidak. Sampai saat ini, helm ijo masih aktif berburu hantu dan channel helm ijo, total sudah ditonton jutaan kali.

Bersambung…

7 Masa dan 7 Ayat Surat Al-Fatihah

"Jadi, mari kita tutup bersama-sama dengan membaca surat Al - Fatihah…” *** Sering dalam pertemuan atau majelis, pembaca pasti sudah ...