Tampilkan postingan dengan label zaid bin tsabit. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label zaid bin tsabit. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Januari 2021

Teka-Teki Cara Membaca Al-Quran

Al-Quran surat Al-Fatihah
dilanjutkan dengan surat Al-Baqarah

Pembaca sekalian…kegiatan yang paling menghibur disaat waktu luang adalah membaca. Asyik memang, apalagi banyak orang yang menjadikan kegiatan membaca sebagai hobi. Buku apapun dibaca selama itu menarik. Mencerna ungkapan seringkali menggugah motivasi, membuka wawasan baru, dan menemukan makna, dari rangkaian kejadian atau fenomena yang tidak bisa dicari padanan bahasanya. Dengan membaca dan mencerna, kita memiliki bahasa baru untuk menyebut sebuah fenomena. Menjadikan kita mudah untuk menengarai hal yang sebelumnya sama sekali sulit terjamah oleh ungkapan yang tepat.

Buku adalah magnet sebagai salah satu symbol seni berkirim pesan. Baik pengarang ataupun toko buku, termasuk pembaca, adalah manifestasi dari kampanye perkembangan kemajuan. Semua dimulai dari buku.

Naskah tulisan pertama kali diperkenalkan melalui gambar di dalam wadah yang berupa batu, seperti dinding goa sebelum ditemukannya seni ukir batu, dan teknologi kertas. Banyak temuan yang menyiratkan hal tersebut. Cara menulis dan kemiripan huruf ditengarai adalah mutlak milik suatu suku, dan itu juga berlaku sebagai suatu penanda peradaban dalam masa tertentu. kemudian peradaban lain mengemuka dan berkembang dan satu adat tergerus digantikan oleh yang lain. cara pandang adat yang baru membawa bentuk seni berkirim pesan yang baru dan huruf pun mengalami perubahan. Perubahan tidak serta merta, membuat orang meninggalkan huruf atau seni tulis lama sebenarnya, namun ketertarikan yang mulai berubah, akibat penetrasi adat dan budaya yang baru, membuat suku bangsa, orang per orang, yang mengenal satu sistem penulisan mulai berbenah meninggalkan cara yang lama dalam membaca dan menulis.

Semakin sedikit suku atau orang yang mempelajari dan mengerti huruf dan tulisan yang mulai tergantikan, dan ketika pewaris yang mengerti membacanya sudah mulai tidak ada dan bahkan musnah sama sekali, otomatis huruf dan tulisan menjadi sama sekali tidak terbaca. Sampai tahap ini, naskah tulisan menjadi penggalan peninggalan sejarah yang tak terurus dan terabaikan.

Perubahan huruf dan cara menulis tidak hanya akibat dari adanya penetrasi budaya baru, tapi juga karena faktor alam, yaitu bencana alam. bencana alam yang dahsyat seperti letusan gunung mengakibatkan suatu kaum atau suku bangsa menjadi hilang seketika, dan itu artinya, peradaban. "Segala hal yang berkaitan dengan cara hidup, adat, dan temuan kaum atau suku bangsa tersebut, termasuk huruf dan naskah tulisan menjadi hilang." Dia (dalam hal ini peradaban) sama sekali terputus dari peradaban yang datang kemudian.

Peradaban yang terkubur kemudian ditemukan dan digali, termasuk yang memuat naskah. Membuat banyak peneliti yang ingin mencari tahu, dari mana peradaban yang hilang tersebut berasal. Teknologi terus dikembangkan sampai pada mengurai sampel usia dimana endapan lapis tanah mampu menunjukkan pada tahun berapa peninggalan tersebut diketahui asal usulnya. sumber daya dikerahkan hanya untuk mencari tahu isi pesan dalam huruf dan tulisan kuno dari naskah hasil temuan yang berhasil diselamatkan tersebut.

Setelah ditemukannya teknologi kertas, jejak tulisan dan naskah kuno terutama pada batu, disusun dan dicetak ulang sehingga mudah dibawa dan dikirim, tanpa memindahkan sumber dimana tulisan tersebut disusun dan berasal. demi tujuan penelitian lebih lanjut tentunya. sampai dunia tidak kehilangan sumber bacaan...

Penyusunan Naskah Al-Quran

Menurut Ensiklopedia Islam, Al-Quran disusun bertahap selama 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari atau rata-rata selama 23 tahun, dimulai pada tanggal 17 Ramadhan saat Nabi Muhammad SAW berusia 40 tahun, pada masa kenabian sampai beliau wafat pada tahun 632 M. Nabi Muhammad SAW berusia 65 tahun saat wafat, dan jika merunut usia Nabi dikurangi dengan tahun beliau wafat, maka naskah alquran mulai disusun pada sekitar tahun 607 M atau merujuk selama waktu penyusunan berarti sekitar tahun 609/610 M.

Salah satu naskah Al-Quran tertua

Al-Quran terdiri atas 114 surat, 30 juz dan 6236 ayat menurut riwayat Hafsh (Madinah : Mujamma‘ Al-Malik Fahd li-Thiba’ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Ba’), 6262 ayat menurut riwayat Ad-Dur (Madinah : Mujamma‘ Al-Malik Fahd li-Thiba’ah al-Mushaf asy-Syarif. Halaman Jim), dan 6214 ayat menurut riwayat Warsy (Jalaluddin ‘Abdurrahman bin Abu Bakar As-Suyuthy (849-911 H), al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an an-Nau’ at-tasi’ ‘asyar ‘adad suwar wa ayat wa kalimat wa huruf Al-Quran). Sedangkan menurut Al-Quran dan Terjemahan yang saya pegang, berjumlah 6236 ayat.

Surat menurut tempat diturunkannya dibagi menjadi dua, yaitu golongan surat Makkiyah (surah Mekah), dan golongan surat Madaniyah (surah Madinah). Surat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah disebut surat Makkiyah dan sesudah beliau hijrah ke Madinah disebut surat Madaniyah. Surat Mekkah umumnya pendek-pendek sedangkan surat Madinah umumnya panjang-panjang. Dan semua surat dimulai dengan lafadz, Bismillahirahmanirrahim (بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ).

Meneliti keaslian Al-Quran, terdapat suatu ayat yang diturunkan sesudah Hijrah, menyebutkan tentang lembaran-lembaran yang di dalamnya tertulis perintah-perintah suci.

Surat 98 ayat 2 dan 3: “Seorang Rasul dari Allah (yaitu Nabi Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al-Quran). Di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus.”

Dengan demikian maka Qur-an sendiri memberitahukan bahwa penulisan Quran telah dilakukan semenjak Nabi Muhammad masih hidup. Menurut catatan lainnya, menunjukkan bahwa Nabi Muhammad memiliki juru tulis-juru tulis yang  banyak, diantaranya yang termasyur adalah Zaid bin Tsabit. Sumber-sumber sepakat untuk mengatakan bahwa, “Setiap kali fragmen dari Quran di-Wahyukan, Nabi memanggil seorang daripada sahabat-sahabatnya yang terpelajar dan memiliki kemampuan baca tulis, dan mendiktekan kepadanya, serta menunjukkan secara pasti letak fragmen baru tersebut dalam keseluruhan Al-Quran.” (Prof. Hamidullah)

Teka-Teki Al-Quran

Cara penyusunan Al-quran terkesan tidak mengandung informasi apapun diluar daripada pemaknaan kebaikan versus keburukan. Nilai moral dari pranata yang dilukiskan sebagai perwujudan tata aturan atas sebuah simbol cara hidup. Sehingga kadang, kita tidak mengerti kenapa Qur’an dibagi menjadi surah atau memiliki tema masing-masing untuk tiap-tiap surah. Tema yang dijelaskan melalui ayat, bahkan terlihat sama sekali tidak menyentuh persoalan, kecuali berisi pelajaran atas kebaikan dan keburukan tadi. Kutukan terutama untuk subjek yang dimaksud antagonis dan berkah kebaikan yang berlimpah atas anjuran yang berhasil diikuti, atau subjek lain yang diberi pertolongan. Jika informasi yang berhasil dibaca, hanya sebatas anjuran untuk hidup lurus dalam kebaikan dan menjauhi takaran buruk yang memang sengaja disusun rapi al-quran, dan tidak menelaah aspek ilmu pengetahuan yang lain, kuat dugaan bahwa naskah al-quran dibuat hanya untuk suatu fragmen cara hidup, yang mengekang pada suatu masa pemerintahan tertentu yang berdaulat. Quran tak lebih dari sebuah undang-undang.

Mushaf Al-Quran kuno dari daun lontar

Dan saya mulai tidak percaya karena pada beberapa bagian terlihat rangkaian kata yang bersifat ramalan yang terjadi dikemudian hari. Dan kenapa bisa begitu? Jika pemaknaan yang diberi keyakinan mengkultus, menimbulkan sifat percaya, dan dengan menunjuk pada asal-usul, waktu, dan tempat, yang diabaikan atau sengaja diabaikan, orang yang membaca tidak akan memberi makna apa-apa, dan mulai menduga. Pembaca mulai melihat bahwa ayat atau surat yang dimaksut adalah ramalan. Karena alpa atau ketiadaan asal-usul peristiwa dan unsur pembentuknya, namun berhasil menunjuk pada suatu sifat atau karakter yang saat ini dan bahkan dikemudian hari, sesuai. Itulah kenapa saya sebut Al-Quran mengandung unsur ramalan. Cara atau adab yang diulang-ulang kemudian memunculkan peluang yang paling besar, yang akan muncul pada periode tertentu, dinamakan fallacy. Jika ketiadaan waktu, dan unsur pembentuk peristiwa memungkinkan fallacy muncul, maka anda akan melihat ramalan.

Dan jika anda membaca Al-Quran seperti apa yang saya duga (mengenai ramalan yang dimaksut) digabung dengan pemaknaan yang sifatnya undang-undang tadi, lantas anda mengamini, bisa dipastikan bahwa ayat-ayat Al-Quran, sukses membuat anda lupa mengenai tema surah. Bahkan para pembaca Quran tidak akan ingat apakah Tema sesuai atau tidak dengan isi surah atau ayat.

Pemaknaan runut terabaikan karena ketidak berhasilan kita membaca, keluar dari pemahaman undang-undang (ujaran kebaikan versus keburukan) dan ramalan. Karena itulah Quran tidak mengerti informasi diluar 2 fakta tersebut. Mungkin karena menggunakan majas atau gaya bahasa lama dan perkembangan tata bahasa dan pemaknaan atas kata yang baru, tidak mampu lagi menjangkau makna yang sebenarnya yang ingin disampaikan Al-Quran, sehingga kegagalan membaca dapat berakibat pada gagalnya ketepatan informasi atau kesalahan memaknai.

Rumus Membaca Al-Quran

Banyak persepsi tentang cara membaca terjemahan al-quran, dan kelompok ini adalah kelompok tafsir. yang mencoba mengurai teka-teki yang terdapat dalam Al-Quran, termasuk misteri kenapa reputasi Nabi Muhammad SAW, dan Al-Quran mampu menggugah dunia untuk melihat dan bahkan meyakini.   

Sudah umum bahwa uztadz, kyai, dan guru agama mengajari kita tentang rukun Islam yang 5 dan perintah shalat 5 waktu yang dikerjakan terus-menerus selama kita masih bernafas. Umum juga, bagi kita untuk mengamini dan mengajarkannya pada anak cucu kita. Namun awam, orang mengetahui tentang makna Islam yang lima, dan shalat yang 5 waktu.

Lalu, apa kaitan di balik angka lima? sebagai rukun Islam dan jumlah shalat dalam sehari semalam, dan kenapa harus lima?

Lima adalah Islam dan Islam sama dengan lima. Rumus membaca al-quran adalah merangkai makna yang 5 untuk kemudian menjadikan referensi dalam membaca masing-masing ayat dimulai dari angka pertama atau 1. Susunan lima tidak berubah, dan begitu pula cara Nabi Muhammad SAW, dan tim juru tulis-nya menyembunyikan rangkaian ayat sehingga dapat runut dibaca dan dipahami.

Andaikata 5 habis di tempat ke 5, maka terjadi pengulangan makna yang 5 dimulai pada angka 6 dan seterusnya sampai 10. Jika 5 habis diangka 10, maka angka berikutnya 11, adalah dimulainya 5 yang berikutnya. Dan begitu seterusnya…

Tapi…dengan cara membaca yang demikian, mau tidak mau, kita harus mengerti kunci 5 yang dimaksud tersebut. Sejak awal blog trajectory memuat study ontology, tidak sekalipun mencoba menutupi-nutupi bahkan menghalang-halangi, dalam bentuk yang bagaimanapun, mengenai Islam yang 5. Pada chapter awal ontology Al-Baqarah, saya sudah menguraikan seperti apa bentuk Islam yang 5, termasuk 5 tema surah awal yang menguraikan bentuk 5 secara lebih spesifik.

Dan menurut 5 kunci, yang mana dirumuskan berarti :

Ayat pertama dibaca berarti berkaitan erat dengan segala sesuatu yang bersifat subyek, konsep, desain dan yang berhubungan.

Ayat kedua, dibaca berarti segala sesuatu yang berkaitan erat dengan seruan, perang, tudingan, kecaman, batas dan yang berhubungan.

Ayat ketiga, dibaca berarti segala sesuatu yang berkaitan dengan arak, wanita, memimpin, dan yang berhubungan.

Ayat keempat, dibaca berarti segala yang berkaitan dengan perjalanan, sesuatu yang datangnya dari luar, memperjalankan, mengadu nasib, bentuk usaha dan lain-lain yang berhubungan.

Ayat kelima, dibaca berarti segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan berkirim kabar, menyampaikan, memindah tangankan, dan yang berkaitan dengannya, atau sesuatu yang merujuk pada kesimpulan konsep pertama. 

Dengan demikian, pembaca terjemahan Al-Quran - terutama pembaca pemula - akan dapat merangkai alur dari ayat per ayat, dan mungkin, menemukan makna lain yang tidak akan saya, pembaca yang lain, dan bahkan ahli tafsir sekalipun temukan.

Salaamun Alaikum

Selamat Membaca Al-Quran

7 Masa dan 7 Ayat Surat Al-Fatihah

"Jadi, mari kita tutup bersama-sama dengan membaca surat Al - Fatihah…” *** Sering dalam pertemuan atau majelis, pembaca pasti sudah ...